Di dalam nadzhom Kitab Aqidatul Awam bait ke 46 dan 47, Syekh Ahmad Marzuki Al-Maliki Al-Makki menyairkan tentang peristiwa Isra Wa Mi’raj Rasulullah SAW. Kemudian di dalam Kitab Syarah Nurudzh-Dzholam, karya Imam An-Nawawi Ats-Tsany Al-Jawi yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Ust. H. Nailul Huda, M.Pd.I., menjelaskannya sebagai berikut :
Bahwa peristiwa itu terjadi dari Makkah ke Baitul Muqoddas dengan mengendarai Buroq dan Malaikat Jibril A.S berada di sebelah kanan serta Malaikat Mikail berada di sebelah kiri Rasulullah SAW.
Mula-mula Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril, Malaikat Mikail dan satu Malaikat lain yang tidak diketahui namanya, namun ada yang berpendapat bahwa Malaikat tersebut adalah Malaikat Isrofil, Allahu a’lam.
Dalam suatu riwayat dikatakan, bahwa Malaikat Jibril menaiki buroq bersama Rasulullah SAW kemudian melewati Madinah. Mereka berhenti dan Rasululla SAW diperintahkan untuk turun dan melakukan sholat dua rakaat. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan hingga melewati negeri Madyan dan Rasulullah SAW diperintahkan turun serta melaksanakan sholat dua rakaat pula di sana. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan kembali dan melewati tanah Bitul Lahm, wilayah Nabi Isa A.S dilahirkan. Rasulullah SAW pun diperintahkan turun dan melaksanakan shalat dua rakaat di sana.
Ketika Rasulullah SAW telah sampai ke Baitul Muqoddas, beliau masuk ke dalam masjid melalui pintu Syarofi. Kemudian Rasulullah SAW dan Malaikat Jibril melaksanakan shalat tahiyyatul masjid dua rakaat. Usai shalat, Rasulullah SAW melihat masjid dipenuhi oleh golongan para nabi, rasul, malaikat, manusia dan jin.
Dikumpulkannya mereka semua merupakan suatu kemuliaan (dari Allah SWT) bagi Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pun mengetahui mereka yang tengah berdiri, rukuk dan sujud. Setelah itu Malaikat Jibril adzan dan iqamat, kemudian Malaikat Jibril memegang tangan Rasulullah SAW dan mengajaknya menuju tempat imam, dan beliau pun mengimami mereka semua. Para rasul terdiri dari 3 shaf, para nabi terdiri dari 4 shaf, para malaikat, manusia dan jin terdiri dari banyaknya shaf yang tidak terhitung.
Selesai shalat, Malaikat Jibril menegakkan tangga. Yang mana tangga tersebut dikhususkan untuk Rasulullah Saw dan ruh-ruh mukminin. Puncak tangga tersebut di atas langit-langit dan dasarnya berada tepat di batu besar yang ada di Masjidil Aqsho. Batu besar itu berasal dari surga. Seluruh makhluk tidak melihat satu pun (makhluk) yang lebih tampan dari Rasulullah SAW.
Tingkatan anak tangga tersebut berbeda jenisnya. Ada yang terbuat dari emas, perak dan lainnya. Begitupun dengan sisi-sisinya yang sebelah kanan terbuat dari intan yaqut merah dan sebelah kiri terbuat dari intan zambrud hijau. Tangga itu berasal dari surga Firdaus dan dihiasi oleh intan lukluk dan perhiasan surga lainnya.
Rasulullah SAW naik (mi’raj) ke langit dengan dikawal para malaikat di sebelah kanan dan kiri beiau. Anak tangga yang dinaiki Rasulullah SAW memiliki tingkatan ketinggian yang mencapai perjalanan 500 tahun setiap tingkatannya, yaitu sekitar ukuran jarak antara langit dan bumi. Sedangkan beliau menaiki 10 anak tangga. Pada tangga pertama, sampailah beliau di langit dunia. Di sana Rasulullah SAW melihat Nabi Adam A.S, sungai Nil dan sungai Faroot. Begitu seterusnya, Rasulullah menemui beberapa Nabi di setiap lapisan langit (yang telah masyhur kisahnya dalam kitab Qishotul Mi’raj/Bainama/Dardir).
Setelah Rasulullah SAW dan Malaikat Jibril melewati lapisan langit ke tujuh, maka terbukalah (nampak) Sidratul Muntaha hingga sampai pada Mustawa. Di sana beliau mendengar suara gesekan pena yang tidak diketahui bagaimana keadaan pena itu menulis kecuali Allah SWT. Lalu, Malaikat Jibril pun berhenti dan tidak dapat menemaninya. Rasulullah SAW pun masuk diliputi cahaya dan beliau membuka 70.000 tabir cahaya, yang mana setiap tabir itu berjarak sejauh perjalanan 500 tahun.
Setelah Rasulullah SAW membuka tabir cahaya, maka dibentangkanlah permadani hijau. Kemudian beliau naik hingga sampai ke tempat yang berada di bawah Arasy. Di maqam (Khitob) ini, Rasulullah SAW meliat Dzat Allah SWT (yang suci dari menyerupai makhluk) dengan kedua matanya yang telah diberikan kekuatan oleh Allah SWT.
………………………