Cibogo- Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat mengadakan tabligh akhbar dalam rangka mengenang haul guru besar kita, Al-Maghfurllah Mama KHR Ma’mun Nawawi yang ke-47 bersama Majlelis Rasulullah SAW (MR) yang dihadiri oleh para ‘Alim Ulama, Habaib, santri, dan jama’ah yang berjumlah ribuan dari berbagai daerah. Jum’at (27/08/22)
Di dalam acara agung tersebut, terangkai acara-acara mulia seprti pembacaan maulid dan mahalul qiyam bersama, sambutan-sambutan dan tausiyah agama yang menjadi pokoknya. Sambutan-sambutan yang ada, disampaikan oleh Bapak Camat Cibarusah, Bapak PJ Bupati Bekasi, dll. Berikut beberapa poin utama dalam sambutan-sambutan beliau :
Yang pertama oleh Camat Cibarusah, Bapak Muhamad Kurnaepi, beliau bertutur, “…..Pada acara ‘Hari Jadi Kabupaten Bekasi yang ke-72 yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia’, Bapak Gubernur Jawa Barat, Dr. H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T., M.U.D., menghadiri acara tersebut dan menyetujui ajuan KHR Ma’mun Nawawi bergelar pahlawan nasional. Sehingga tadinya nama jalan adalah ‘Cikarang-Cibarusah’ menjadi jalan ‘KHR Ma’mun Nawawi’ yaitu mulai dari Lemahabang sampai perbatasan Jonggol, yang sering kita lalui.
Tentunya saya dan kita semua yang hadir selaku warga masyarakat Cibarusah merasa bangga dan bersyukur atas hal ini. Dan, karena jalan tersebut cakupannya wilayah Jawa Barat, maka yang akan menjelaskan lebih lengkap adalah Bapak Bupati kita….”
Sambutan yang kedua, disampaikan oleh Bapak DR.H Dani Ramdan MT, “…. Kemudian kami pun turut menyampaikan pengajuan KHR Ma’mun Nawawi untuk disematkan sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional, dan dengan sepontan beliau segera menyetujui tentunya dengan beberapa syarat, salah satunya yaitu harus disematkannya nama tokoh tersebut (Beliau, KHR Ma’mun Nawawi) pada infrastruktur utama seperti gedung, jalan, dll. Karena yang paling pas (bagi kami) adalah jalan depan pondok pesantren, sebab beliau lahir, tinggal dan berjuang di sini. Maka pada nama jalanlah nama beliau disematkan, yakni jalan KHR Ma’mun Nawawi. Bukan hanya itu, karena apresiasi dan rasa hormat kami kepada beliau, nama beliaupun kami sematkan pada salah satu kantor di gedung Bupati, yang biasa kami pakai untuk rapat.
Mengapa kami begitu menghormati beliau dan kepergian beliau terus dikenang oleh masyarakat luas, padahal usia wafat beliau sudah mencapai 47, sedangkan kita nanti ketika sudah meninggal belum tentu demikian, jangankan bertahun-tahun, esok-lusa pun munkin sudah dilupakan orang. Kenapa itu bisa terjadi? Karena usia bagi umat muslim itu tidak terbatas oleh umur biologis. Sedangkan kita kalau berdo’a meminta agar panjang umur. Dan panjang umur tersebut ada dua, yaitu secara biologis dan umur karena pahala/amal shalih yang dilakukan. Dan beliau, mewariskan itu dan bukan hanya amal shalih, tetapi juga dengan ilmu yang memberi kemanfaatan untuk generasi selanjutnya.
Sehingga dengan demikian, mudah-mudahan hal ini menjadi motivasi bagi kita agar sepulang dari acara ini kita mengikuti langkah beliau. Aamiin…”