Seiringnya waktu berjalan, dua puluh hari terlewati dengan penuh perjuangan melawan rasa ngantuk, malas, dll. Bukan perkara kecil hal demikian. Namun tentunya ditemani oleh sepercik keimanan. Walau nyatanya, terkadang kami lalai. Suka mengeluh. Dan di pertengahan mengaji tidak terasa kelopak mata tertutup, kitab tercoret abstrak atau bahkan kosong beberapa baris. Namun percayalah, jiwa kami menggenggam niat karena-Nya semata. Hal demikian dapat kami buktikan, tatkala siang hari yang dipenuhi rasa lapar dan dahaga terus kami terjang. Malam hari yang dipenuhi kantuk luar biasa, terlebih memang kadang mengaji sampai waktu sahur, kami lanjutkan. Demi apa? Demi satu harapan besar, menggapai ridho-Nya. Agar manusia yang paling kami cintai, “Orang Tua” pun turut merasakan aliran keberkahan. Aamiin.
Kini, tiba saatnya waktu yang dinanti sekian lama. Ya, libur hari raya. Kami tidak sabar menuju perpulangan itu. Ingin sekali mengobati segala rindu bersama keluarga. Kembali tuk melukis kisah-kisah bersama ibu, bapak, kakak dan adik serta sanak saudara di kampung halaman.
Alhamdulillah, syukur tiada tara kami rasakan dan panjatkan kepada Sang Maha Mulia. Karena telah menghadirkan sosok-sosok guru yang tiada kata lelah untuk membimbing dan meneransfer ilmu kepada kami. Hingga sedikit banyaknya kami mampu mengetahui makna satu demi satu dalam sebuah kitab, kami mengerti arti sebuah perjuangan, kesabaran dan keikhlasan. Semoga guru-guru kami selalu ada dalam rahmat-Nya. Dan berharap esok-lusa, kami mampu mengamalkan apa yang telah kalian ajarkan. Aamiin, yaa mujibassaailiin.